Spiritual Itu Sekedar Ajakan Sejenak Menoleh ke Langit |
Penulis: Jacob Ereste
Jakarta, 31 Maret 2023
Puasa itu sering dilakukan oleh banyak orang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual dirinya sehingga bisa memperoleh kekuatan jiwa atau bathin, tapi juga kekuatan fisik. Setidaknya ada tiga potensi utama manusia yang bisa terus dikembangkan, yaitu fisik, akal dan bathin. Semuanya perlu dilatih dan diasah atau ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki kualitas di atas rata-rata yang tak dimiliki oleh banyak orang.
Kekuatan fisik bisa berkembang dalam bentuk keahlian, kemahiran dan ketangkasan seperti pendekar yang mempunyai keunggulan tertentu hingga memiliki keunggulan dari orang lain. Begitulah capaian yang bisa diperoleh dengan ketekunan melakukan olah raga (fisik).
Begitu juga olah pikir hingga punya kemampuan melakukan analisa dengan cepat untuk menentukan cara mengatasi suatu masalah yang rumit. Solusi terbaik untuk memecahkan suatu masalah dengan cepat dan akurat, merupakan takaran dari kemampuan olah pikir seseorang itu terbilang jenial.
Lalu olah bathin yang berada pada wilayah spiritual (non material) perlu dilakukan agar bisa memiliki kemampuan yang baik untuk mengendalikan diri dalam menyikapi sesuatu bagi setiap orang. Dalam takaran idealnya, mulai dari kesabaran, kejujuran, keikhlasan hingga keyakinan seperti percaya diri, tidak takabur dan tidak sombong -- tidak pula rendah diri -- dapat terkontrol serta terkendali sengan baik.
Sementara yang berkelindan dalam jiwa, hati, perasaan (emosional), sifat tamak, rakus dan kemaruk, serta cinta maupun sedih sepenuhnya berada dalam kendali bathin yang menaungi rasa, selera, iri hati dan dengki yang sesungguhnya tidak perlu terjadi bila bathin -- dapat selalu berada dalam kendali, mampu dikelola atau dijinakkan oleh akal sehat yang sepenuhnya berada dalam kendali jiwa yang bersih dan jernih. Begitulah sucinya fitrah manusia sebagai pembawa nilai-nilai ilahiah. Yang dimaksud dari khalifah Allah di muka bumi.
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi jelas mengusung ruh suci seperti yang telah diisyaratkan oleh pesan dari langit. Jadi laku spiritual itu sesungguhnya sekedar cara atau pilihan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebab dengan laku spiritual itu manusia bisa menjinakkan meredakan sikap buasnya terhadap hal-hal yang bersifat material (non spiritual) dan duniawi.
Seperti sikap dan sifat mempertuhankan bangunan yang megah, memuja harta yang berlimpah, memuja barang-barang yang mewah, adalah jalan yang bertolak belakang dengan jalan spiritual.
Dalam istilah ekstrim kaun sufi, jalan pilihan yang ada hanya dua, yaitu jalan yang mengarah ke langit, sedangkan jalan lain yang mengarah ke bumi. Lalu jalan mana yang akan dipilih, terserah masing-masing orang yang kelak kerap memiliki konsekuensinya masing-masing.
Korupsi, lupa diri bahkan menjual diri sekalipun dalam beragam cara dan berbagai bentuk, tampak semakin banyak dilakukan orang, lantaran memuja dunia hingga lupa dan lalai menoleh ke langit. Dan dalam perspektif spiritualis, segenap kerusakan di bumi pasti disaksikan oleh langit.
Maka itu, karma dan azab sangat diyakini segera tiba demi dan untuk keadilan yang seimbang, seperti jasad dan ruh yang pernah harmoni menyatu dalam satu tubuh dan jiwa yang sehat dengan segenap akal dan budinya yang baik, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia di muka bumi.
Artinya pun, ada makhluk Tuhan yang lain -- yang tidak mulia -- seperti mereka para koruptor, pengkhianat yang abai pada etika, moral dan akhlak mulia -- karena membiarkan diri menjadi binatang dan iblis. [Selesai]
[Penulis merupakan salah satu tokoh masyarakat yang peduli dengan spiritual]